Jumat, 21 Februari 2014

Tari Tradisional Eskul yang Menyenangkan


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Nama saya Eka Putri Swastika, saya dari kelas XI Akuntansi 1. Disini saya akan menceritakan kegiatan menarik saya di sekolah dan menurut saya kegiatan yang paling menarik disekolah adalah pada saat kegiatan ekstrakurikuler (ekskul). Di sekolah, saya mengikuti ekskul Tari Tradisional (Tatra). Ekskul Tatra ini terbilang ekskul baru di SMK Negeri 10, dimana Tatra dibentuk pada bulan Februari di tahun 2012 lalu. Tatra dibentuk tentunya dengan perjuangan dan usaha yang keras, mengingat minat para pelajar saat ini yang sangat kurang terhadap Tari Tradisional. Meskipun membangun ekskul ini lumayan agak sulit, namun karena keseriusan dan kerja keras dari para anggotanya yang berjumlah masih sangat sedikit tersebut terbentuk lah ekskul Tatra ini. Saya ikut bergabung di Tatra setelah Tatra berjalan sekitar dua bulan. Meskipun saya tidak ikut andil dalam usaha pembentukkan ekskul ini, tetapi saya bisa merasakan bagaimana sulitnya membangun ekskul ini karena peminatnya yang masih sangat sedikit.
Saya bangga atas terbentuknya ekskul Tari Tradisional di SMK Negeri 10 ini, karena menurut saya ekskul Tatra ini sangat penting untuk melestarikan budaya Indonesia khususnya di kalangan pelajar. Saya cukup prihatin melihat kebudayaan Indonesia yang semakin lama semakin terlupakan khususnya di kalangan remaja Indonesia seperti Tari Tradisional ini. Maka itu, saya sangat ingin mengikuti ekskul ini, meskipun saya tidak bisa menari sebelumnya tetapi saya tertarik untuk mempelajari berbagai tarian-tarian daerah yang ada di Indonesia.
Di dalam ekskul Tatra ini, kita mempunyai seorang pelatih tari yang sangat baik, perhatian, peduli dan sangat sabar dalam melatih kita. Beliau biasa di panggil dengan nama Bu Yuni. Saya dan anggota Tatra yang lain dilatih menari oleh Bu Yuni benar-benar dari nol atau tidak bisa sama sekali. Gerakan-gerakan kami sangat kaku dan tidak seperti penari melainkan seperti robot. Disaat berlatih ini lah yang menurut saya sangat menarik, karena terjadi kelucuan-kelucuan tersendiri di dalam setiap gerakan yang kami lakukan, kami berlatih benar-benar dari nol dan belum bisa apa-apa. Terkadang saya dan yang lain saling menertawakan satu sama lain karena gerakan-gerakan kami yang masih kaku sehingga terlihat agak aneh. Bu Yuni juga sangat sabar menghadapi kami seperti ini, menghadapi kami yang masih sangat kesulitan untuk mengikuti gerakan demi gerakan yang beliau praktekkan. Meskipun awalnya sulit, namun kami tidak pernah putus asa untuk selalu berlatih, ada atau pun tidak adanya Bu Yuni yang mengajar, karena kebetulan ada salah satu teman kami yang sudah mahir dalam menari yang kebetulan ia ikut sanggar, dia bernama Devi. Karena keseriusan dan minat kami yang besar untuk bisa menari dengan baik, akhirnya setelah beberapa kali kami berlatih, mulai terlihat lenggokan-lenggokan dari setiap gerakan tari yang kami lakukan.
Saya dan anggota Tatra yang lainnya diajarkan beberapa tarian oleh Bu Yuni. Tarian pertama yang diajarkan oleh Bu Yuni adalah tarian-tarian yang berasal dari Jakarta, seperti: Tari Ondel-ondel dan Tari Sirih Kuning. Seiring berjalannya waktu, kami mulai diajarkan tarian-tarian dari daerah luar Jakarta, seperti: Tari Saman dari Aceh, Tari Sajojo dari Papua dan Tari Banjidor Kahot (perpaduan antara Jawa Barat dan Bali). Meskipun terbilang ekskul baru di sekolah, tetapi Tatra sudah berhasil meraih 2 buah piala pada perlombaan Seni Tari se-DKI Jakarta yang diadakan di Kota Tua tepatnya di Museum Fatahillah  dengan juara 2 untuk Tari Ondel-ondel dan juara harapan 3 untuk Tari Sirih Kuning. Atas kemenangan tersebut kami menjadi lebih semangat untuk terus berlatih, berlatih dan berlatih lagi.
Dilihat dari kemenangan lomba tersebut, saya berfikir bahwa sebenarnya banyak sekali bakat-bakat penari yang terpendam di dalam diri generasi muda Indonesia. Hanya saja, remaja pada saat ini tidak menyadarinya dan terlalu memikirkan gengsi yang mana mereka berfikir bahwa Tari Tradisional itu kuno atau ketinggalan jaman, sehingga mereka malu dan lebih tertarik dengan tarian modern, seperti: dance. Padahal seharusnya mereka mencintai dan ikut andil dalam upaya melestarikan kebudayaan Indonesia seperti Tari Tradisional ini. Karena menurut saya, Tari Tradisional di Indonesia merupakan tarian yang sangat indah dan menarik untuk dilihat serta memiliki nilai seni yang tinggi. Maka itu, kita sebagai warga negara Indonesia seharusnya berbangga dengan kebudayaan yang kita miliki, sebelum itu semua direbut oleh negara lain. Sekian yang dapat saya cerita kan tentang ekskul Tari Tradisional yang ada di SMK Negeri 10 Jakarta. Semoga dengan adanya cerita saya ini bisa membuat teman-teman pelajar yang lain  tertarik untuk belajar tarian-tarian tradisional, sehingga kita semua khususnya para pemuda-pemudi Indonesia bisa berbangga dengan kekayaan budaya yang kita miliki serta dapat melestarikan budaya Indonesia. Terima kasih sudah membaca cerita saya.
Wasalamu’alaikum Wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar